Banyak orang percaya bahwa rumah kosong hanya terlihat menyeramkan karena imajinasi kita bekerja terlalu keras. Namun ada satu rumah di ujung Gang Melati, yang keberadaannya membuat warga sekitar memilih memutar jalan sedikit lebih jauh setiap pulang malam. Mereka bilang, pernah ada keluarga tinggal di sana… tapi tidak pernah lagi setelah satu peristiwa yang tak pernah benar-benar dijelaskan.
Awal Mula Keganjilan
Rumah itu sudah dibiarkan kosong lebih dari delapan tahun. Cat temboknya mengelupas, jendela kacanya retak seperti urat pecah di mata seseorang, dan jika malam hujan tiba, terdengar denting kecil seperti benda logam dipukul berulang dari dalam rumah.
Tidak ada yang berani memastikan apa yang menimbulkan suara itu.
Sampai suatu hari, seorang petugas layanan internet bernama Raga menerima permintaan untuk memeriksa jalur kabel kawasan tersebut. Tugasnya sederhana: memeriksa sambungan yang melewati gang itu, termasuk tiang kabel yang berdiri tepat di depan rumah tua tersebut.
Ia tidak percaya cerita warga. “Paling angin,” pikirnya.
Kesaksian Raga
Menurut ceritanya, saat ia sedang memanjat tiang kabel, terdengar suara seseorang dari dalam rumah memanggil pelan:
“Mas…”
Raga mengira ada warga yang sedang lewat, tapi gang itu sepi. Ketika ia menoleh ke arah rumah, tirai kusam di jendela lantai dua bergerak—pelan, terangkat ke samping, seolah ada orang yang memperhatikan.
Ia turun dan menghampiri pagar rumah sambil berseru, “Bu? Pak? Ada orang?”
Tidak ada jawaban. Tapi pintu rumah yang tadinya rapat berubah sedikit terbuka, menghasilkan celah gelap seperti mulut menganga.
Saat itu bulu kuduknya meremang.
Peristiwa yang Dianggap Kebetulan
Malamnya, Raga demam. Ia mengigau, menyebut sesuatu tentang “perempuan di jendela”. Temannya yang mendengar merasa aneh, sebab warga bilang rumah itu sudah kosong total sejak perempuan penghuni terakhirnya ditemukan meninggal di kamar depan, sendirian, terkunci dari dalam.
Namun Raga bersikeras bahwa ia melihat seseorang di lantai dua. Bahkan menurutnya, perempuan itu seperti mencoba membuka mulut, tapi tidak ada suara selain bisikan serak:
“Tolong…”
Kunjungan Kedua yang Tidak Pernah Usai
Meski masih tidak enak badan, Raga kembali ke gang itu tiga hari kemudian karena jaringan masih bermasalah. Ia pamit pada istrinya sebelum pergi siang hari.
“Sampai sore ya,” katanya.
Istrinya tersenyum—tanpa tahu itu adalah senyuman terakhir yang diberikan padanya.
Raga tidak pernah kembali.
Yang ditemukan hanyalah motornya yang terparkir di depan rumah tua itu, helm masih menggantung di stangnya. Tiangnya sudah diperiksa—tidak ada tanda ia bekerja di sana. Warga mengaku tidak melihat siapa pun masuk atau keluar rumah hari itu.
Pagar rumah ditemukan terbuka.
Dan dari lantai dua, tirai jendela terlihat bergeser… seolah ada seseorang yang baru saja mengintip.
Apa yang Dilihat Warga Setelah Itu
Beberapa minggu kemudian, beberapa warga yang kebetulan lewat malam-malam mengaku mendengar suara laki-laki memanggil lirih:
“Tolong bukakan… saya tidak bisa keluar…”
Sumbernya jelas dari dalam rumah.
Suara itu terdengar seperti suara Raga.
Rumah Itu Sekarang
Rumah tua di ujung Gang Melati masih berdiri, meski sekarang pagar depannya diikat dengan kawat oleh warga. Bukan untuk mencegah orang masuk—tetapi agar sesuatu di dalamnya tidak keluar.
Namun kadang, saat angin malam menyusup lewat celah gang, beberapa warga bersumpah mendengar suara helaan napas pelan dari balik jendela lantai dua.
Seolah masih ada seseorang yang menunggu, mengira bahwa pintunya suatu hari nanti akan kembali terbuka.
Suara dari Rumah Tua di Ujung Gang